Jogging-Plogging Generasi Z Medan

Gaya Hidup Baru Menuju Kota Hijau dan Sehat

Berita543 Views

Di tengah meningkatnya kekhawatiran global akan krisis lingkungan, Yayasan Anugerah Hijau Indonesia-Ku (YAHI) menghadirkan sebuah gerakan inspiratif yang menjawab tantangan zaman: Jogging-Plogging. Dimulai Ahad, 8 Juni 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, gerakan ini bukan sekadar kegiatan rutin, tetapi merupakan jawaban konkret terhadap tema global tahun ini: “Ending Plastic Pollution”. Dengan menggandeng generasi Z di Kota Medan, YAHI menyulut semangat baru bahwa merawat bumi bukan hanya tugas pemerintah atau aktivis lingkungan, tetapi tanggung jawab setiap warga, terutama generasi muda sebagai agen perubahan.

Jogging-Plogging bukanlah istilah baru secara global, tetapi gerakan ini mendapatkan ruh baru ketika disandingkan dengan nilai-nilai lokal dan semangat kebersamaan. Dalam kegiatan ini, para peserta melakukan jogging sambil memungut sampah plastik di ruang terbuka hijau (RTH). Kegiatan yang tampak sederhana ini memiliki dampak signifikan terhadap pola pikir dan kesadaran ekologis. Menurut laporan United Nations Environment Programme (UNEP, 2023), lebih dari 400 juta ton sampah plastik diproduksi setiap tahun, dan lebih dari sepertiganya tidak dikelola dengan baik. Dengan aksi kecil namun rutin seperti ini, generasi Z di Medan sedang mematahkan rantai pasifisme dan mengubah gaya hidup konsumtif menjadi produktif dan solutif.

Secara psikologis, kegiatan pagi seperti jogging setelah Subuh dapat meningkatkan hormon dopamin dan endorfin yang berpengaruh pada suasana hati dan kesehatan mental. Hal ini diperkuat oleh studi dari Harvard Medical School (2024) yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik di pagi hari dapat menurunkan tingkat stres dan kecemasan hingga 32%. Jika dikombinasikan dengan kegiatan bermakna seperti plogging, maka manfaat ganda akan didapat: tubuh sehat, bumi juga bersih. Inilah yang menjadikan gerakan YAHI tidak hanya menyasar lingkungan, tetapi juga kesejahteraan mental dan sosial generasi muda.

Lebih dari sekadar gerakan fisik, Jogging-Plogging merupakan upaya membangun budaya dan kebiasaan baru: gerakan kolektif yang menyatukan gaya hidup sehat dan cinta lingkungan. Ini penting, mengingat saat ini banyak generasi muda yang terjebak dalam fenomena mager (malas gerak) akibat dominasi gadget dan gaya hidup sedentari. Menurut survei Kementerian Kesehatan RI (2022), lebih dari 55% remaja di kota besar mengalami kurang aktivitas fisik. Oleh karena itu, inisiatif YAHI menjadi alternatif gaya hidup yang menyenangkan, sosial, dan berdampak langsung.

Keunikan lain dari kegiatan ini adalah fleksibilitas agendanya. Tidak hanya memungut sampah, tetapi juga penanaman dan perawatan pohon, edukasi lingkungan, serta kampanye kreatif lainnya. Hal ini memberikan peluang kepada generasi muda untuk menyalurkan ide-ide inovatif dalam upaya pelestarian lingkungan. Pendekatan ini sejalan dengan konsep Environmental Citizenship yang ditekankan oleh OECD (2021), yaitu menjadikan individu sebagai warga negara yang aktif, sadar hak dan tanggung jawabnya terhadap kelestarian bumi, bukan sekadar konsumen pasif dari kebijakan negara.

Lebih jauh, kegiatan ini membuka ruang silaturahmi sosial yang konstruktif. Generasi muda tidak hanya terlibat dalam aktivitas lingkungan, tetapi juga membangun jejaring sosial yang kuat. Kegiatan bersama secara rutin, seperti jogging dan plogging, menumbuhkan rasa memiliki terhadap komunitas dan kota. Mereka tidak hanya menjadi pengunjung RTH, tetapi penjaga dan perawatnya. Inilah bentuk sense of belonging terhadap ruang publik yang selama ini sering terabaikan dalam pendidikan formal.

YAHI, dengan motto “Lingkungan Sehat, Generasi Kuat”, berhasil menggeser narasi besar tentang perubahan lingkungan dari “top-down” menjadi “bottom-up”. Gerakan ini membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari bawah dari generasi muda, dari komunitas kecil, dari satu aksi di pagi hari. Jika gerakan ini konsisten dan diperluas, maka akan terbentuk green culture yang meresap ke seluruh elemen masyarakat. Budaya ini akan menjadi modal sosial dalam mewujudkan kota Medan yang tidak hanya bersih secara fisik, tetapi juga sehat secara moral dan sosial.

Langkah ini juga bisa menjadi prototipe untuk kota-kota lain di Indonesia. Jika diterapkan secara sistematis dan terintegrasi dengan kebijakan pemerintah kota, maka gerakan lingkungan berbasis komunitas seperti Jogging-Plogging ini bisa menjadi kekuatan besar. Pemerintah perlu melihat inisiatif ini sebagai best practice dan menyediakan dukungan baik secara kebijakan, fasilitas, maupun insentif. Sinergi antara pemerintah, komunitas, dan swasta sangat diperlukan untuk menjadikan gerakan ini berkelanjutan.

Kita tidak bisa lagi menunggu. Krisis plastik dan perubahan iklim telah menekan bumi ke titik kritis. Gerakan seperti Jogging-Plogging adalah salah satu jawaban kecil yang membawa perubahan besar. Selain itu, kegiatan ini dapat menjadi bagian dari pendidikan karakter lingkungan hidup yang kontekstual dan aplikatif. Sekolah-sekolah dan kampus seharusnya menjadi mitra strategis gerakan ini agar nilai-nilainya terinternalisasi lebih luas dalam kurikulum pembelajaran.

Akhirnya, Jogging-Plogging bukan hanya tentang memungut sampah, tetapi memungut kembali kesadaran kita yang selama ini tercecer: bahwa bumi ini tidak diwarisi dari nenek moyang, tetapi dipinjam dari anak cucu kita. Gerakan ini adalah refleksi bahwa generasi muda bukan pewaris masalah, tetapi pemilik solusi. Semoga ke depan, gerakan ini tidak hanya berjalan di Kota Medan, tetapi menjalar ke seluruh Indonesia, menjadikan negeri ini bukan hanya hijau dalam warna, tetapi juga dalam budaya, gaya hidup, dan kesadaran kolektif.